Rabu, 29 Januari 2025

Manajemen dan Pengembangan Usaha

 A. Perkembangan Usaha

Jenis skala usaha sebuah perusahaan di Indonesia dapat diklasifikasikan berdasarkan ada Pengklasifikasian jenis skala usaha ini berkaitan dengan dinamika bisnis dan keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam menjalankan usahanya. Tujuan pengelompokan jenis usaha berdasarkan aktivitas bisnis adalah memudahkan pemerintah untuk memetakan, memantau, memonitor, mengawasi, membina hingga memberikan bantuan atau stimulus, baik dalam hal modal, pelatihan, pendidikan, akses hukum maupun kemudahan lainnya. 

1. Skala Perkembangan Usaha

Skala perkembangan usaha di Indonesia dibedakan menjadi empat kategori, yaitu sebagai berikut. 

a. Usaha skala mikro 

Usaha skala mikro adalah usaha produktif yang tidak memiliki kekuatan hukum tetap dan tidak memiliki perizinan sehingga lebih dikenal dengan usaha sektor informal. Biasanya kekayaan bersih (aset) usaha ini paling tinggi senilai 50 juta rupiah (tidak termasuk tanah dan bangunan) dan hasil penjualan tahunan paling banyak senilai 300 juta rupiah.


b. Usaha skala kecil 

Usaha skala kecil adalah usaha produktif yang memiliki kekayaan bersih berkisar antara 50 juta rupiah hingga 500 juta rupiah (tidak termasuk tanah dan bangunan) serta hasil penjualan tahunan berkisar antara 300 juta rupiah hingga 2,5 miliar rupiah. Berbeda dengan usaha skala mikro, usaha skala kecil sudah dilengkapi perizinan usaha dalam bentuk badan hukum. Contohnya, usaha dagang (UD), perusahaan dagang (PD), persekutuan komanditer (CV) hingga perseroan terbatas (PT).


c. Usaha skala menengah 

Usaha skala menengah adalah usaha produktif yang telah memiliki kekayaan bersih berkisar antara 500 juta rupiah hingga 10 miliar rupiah (tidak termasuk tanah dan bangunan) serta hasil penjualan tahunan berkisar antara 2,5 miliar rupiah hingga 10 miliar rupiah. Biasanya, usaha ini sudah memiliki izin tetap dan berbadan hukum seperti koperasi, CV, atau PT.


d. Usaha skala besar 

Usaha skala besar adalah usaha produktif yang dilakukan oleh badan hukum seperti PT, dengan kekayaan bersih di atas 10 miliar rupiah (tidak termasuk tanah dan bangunan) dan hasil penjualan tahunan lebih dari 50 miliar rupiah. Usaha skala besar meliputi usaha nasional milik negara atau swasta dan usaha asing yang menjalankan aktivitas ekonomi di Indonesia.


2. Tahapan Perkembangan Usaha

 Perkembangan usaha bisa dipantau dari aktivitas bisnis penjualan yang diraih selama kurun waktu tertentu. Berdasarkan dinamika perkembangan usaha skala kecil, proses perkembangan usaha dapat diklasifikasikan menjadi tiga tahapan, yaitu sebagai berikut. 

a. Tahap awal atau merintis 

Karakter inferior masih terlihat jelas dalam proses perkembangan usaha ini. Penggunaan bahan baku atau material serta bahan pendukung dalam proses produksi masih relatif sedikit serta fluktuatif. Keterlibatan dan pemanfaatan teknologi otomatisasi dan informasi masih belum kuat. Pada tahapan ini, para wirausahawan masih mencari dan menentukan celah dan strategi berkembang. 

b. Tahap berkembang 

Setelah menemukan alur dan potensi bisnis serta mekanisme yang pasti untuk menstabilkan proses produksi dan capaian penjualan, proses perkembangan usaha dapat dilihat dalam beberapa variabel. Variabel tersebut, antara lain peningkatan penggunaan bahan baku, kebutuhan modal yang lebih besar dari periode sebelumnya, memiliki saving cost relatif tinggi, meningkatnya aset kekayaan perusahaan, dan peningkatan keterlibatan mesin produksi serta teknologi yang lebih maju. 

c. Tahap akumulasi modal

Setelah melewati fase berkembang, sebuah usaha yang didirikan mulai dari bawah akan berubah menjadi lebih besar dengan jangkauan pasar yang semakin luas. Oleh karena itu, diperlukan modal yang relatif besar dengan dukungan sumber daya manusia yang kuat serta layanan yang lebih responsif dan mampu mengakomodasi setiap keperluan konsumennya. Selain itu, mekanisme pengelolaan perusahaan menjadi lebih rumit dan kompleks sehingga membutuhkan mekanisme pengontrolan dan pengelolaan manajemen yang teliti.

 Untuk membedakan fase perkembangan usaha, Anda dapat menganalisisnya melalui beberapa aspek sebagai berikut.

a. Profesionalisme tim manajemen perusahaan. 

b. Jumlah dan kualitas sumber daya manusia di perusahaan.

c. Jangkauan dan sasaran pasar yang dituju perusahaan.

d. Daya saing jual dan kapabilitas dalam menguasai pasar. 

e. Keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge). 

f. Strategi pemasaran. 

g. Strategi pengadaan dan pengelolaan bahan baku. 

h. Inovasi dan keterlibatan teknologi. 

i. Kuota dan volume produksi. 

j. Perbaikan kualitas produk. 

k. Standardisasi pola dan proses produksi.


3. Aspek yang Memengaruhi Perkembangan Usaha 

Ketika sebuah usaha kecil mulai berkembang menjadi besar, pola manajemen organisasi yang berjalan di dalam perusahaan tersebut juga akan terpengaruh. Proses perkembangan usaha kecil tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal seperti berikut. 

a. Aspek keuangan 

Besarnya modal serta keteraturan dan aturan jelas dalam pengelolaan keuangan akan menentukan keberhasilan usaha untuk mengelola, memantau, menganalisis, serta mengambil tindakan terkait kondisi keuangan perusahaan. 

b. Aspek pemasaran 

Sasaran dan misi menguasai pasar adalah segmen penting dalam proses promosi produk yang dilakukan perusahaan. Hal tersebut akan memengaruhi pola produksi dan pembiayaan yang disediakan.

c.Aspek produksi 

Pola proses produksi dan output produk yang dihasilkan akan memengaruhi besar biaya yang digunakan serta keuntungan yang dicapai. Oleh karena itu, hendaknya standardisasi proses produksi harus selalu diperbaiki agar efektif dan efisien. 

d. Aspek tenaga kerja 

Konsep penting aspek ini adalah kebutuhan tenaga kerja berbanding lurus terhadap proses produksi yang dikerjakan. Semakin besar produksi yang dilakukan, semakin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses tersebut. 

e. Aspek kewirausahaan 

Kemampuan dan keterampilan seseorang dalam mengelola jalannya sistem organisasi perusahaan akan menghasilkan hasil signifikan. Hal ini juga dapat memastikan proses produksi dan target penjualan terpenuhi sesuai perencanaan. 

f. Aspek layanan dan komunikasi

Kemampuan untuk menyediakan layanan bagi klien serta kecakapan dalam berkomunikasi dengan pihak luar, seperti investor dan perbankan akan mempermudah usaha memperoleh kepercayaan dan bantuan keuangan.









B) Tahapan Perkembangan Usaha 

Konsep perkembangan usaha menjelaskan tentang runtutan pergerakan capaian penjualan sebuah produk selama masa hidupnya (batas waktu sebelum kedaluwarsa). Daur hidup bisa dikatakan sebagai siklus hidup yang memberikan pengertian mengenai perputaran waktu hidup produk, yang menggambarkan dinamika atau fluktuasi daya saing produk dalam pasar.

 Sebagai contoh, pada era tahun 1990-an, mesin cuci masih didominasi oleh merek A. Hal tersebut terjadi karena belum ada pesaing/kompetitor lainnya. Produsen penghasil mesin cuci tersebut dengan mudah mengatur harga dan pasar. Namun ketika memasuki era tahun 2000-an, mulai bermunculan beragam merek mesin cuci dengan variasi harga serta spesifikasi yang menyebabkan penjualan mesin cuci merek A menurun. 

1. Siklus Hidup Produk 

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, produk memiliki siklus hidup yang menunjukkan perubahan daya saing produk di pasaran. Dalam siklus atau daur hidup suatu produk, terdapat empat poin penting, yaitu sebagai berikut. 

a. Lifetime 

Lifetime berarti suatu produk memiliki batas waktu, baik dalam hal penggunaan maupun daya saing di pasaran.

 b. Variasi fase penjualan 

Variasi fase penjualan adalah beragamnya metode penjualan yang diterapkan. Hal ini relatif memengaruhi ketercapaian target serta keberlangsungan hidup produk tersebut.

C. Fluktuasi pencapaian rabat 

Fluktuasi pencapaian rabat adalah naik turunnya tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan, yang dipengaruhi oleh siklus hidup produk. 

d. Tuntutan perencanaan strategi yang efektif 

Untuk menjaga agar dalam siklus hidup produk selalu stabil nilai penjualannya, diperlukan rencana yang baik dalam menentukan strategi pada bidang produksi, pemasaran, penjualan, distribusi produk, finansial, pengadaan material, dan lainnya. Berikut adalah beberapa karakteristik siklus hidup sebuah produk yang dihasilkan dan dipasarkan oleh perusahaan. 

a. Waktu hidup produk menggambarkan waktu batas kelayakan penggunaan produk oleh konsumen. 

b. Siklus hidup menggambarkan proses akhir produksi yang menghasilkan produk siap jual, kemudian dipasarkan dan didistribusikan hingga tahap penggunaan oleh konsumen. 

c. Siklus hidup yang dilalui oleh produk tidak selalu sama. Terkadang sebuah produk tidak memerlukan proses pengenalan pada konsumen, tetapi langsung pada tahap penggunaan. 

d. Lama waktu yang dibutuhkan setiap fase daur hidup produk cukup beragam. Kategori lama waktu daur hidup pada produk dipengaruhi oleh jenis produk. Sebagai contoh, tipe product form memiliki pola waktu daur hidup standar menyerupai huruf S. Sementara model product category, menurut penelitian memiliki standar waktu daur hidup paling lama dibandingkan model lainnya. Untuk merek produk, jika dibandingkan dengan kedua jenis produk sebelumnya, mempunyai waktu daur hidup relatif pendek. 

e. Lama waktu dalam tahapan daur hidup dapat diperbarui atau diperpanjang melewati batas waktu yang telah ditetapkan. Kondisi tersebut dapat dicapai dengan pemanfaatan inovasi, kreativitas, dan teknologi. 

2. Tahapan Siklus Hidup Produk 

Terkait dengan mempertahankan dan memperpanjang waktu dalam tahapan daur hidup atau dikenal dengan istilah Product Life Cycle, Anda harus memilih dan menetapkan strategi pemasaran dengan baik. Berikut adalah beberapa tahapan atau fase dalam proses daur hidup produk.

a. Introduction (perkenalan) 

Tahap perkenalan merupakan fase awal ketika produk belum dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan strategi pemasaran yang efektif agar produk mudah dikenal dan menarik konsumen, dengan cara menyinergikan beberapa teknik promosi secara masif dan menawarkan harga diskon. Pada fase ini, Anda dapat memilih beberapa jenis strategi sesuai dengan kondisi lapangan, antara lain sebagai berikut. 

1) Slow skimming strategy 

Slow skimming strategy menggunakan metode pengenalan yang tidak membutuhkan kecepatan dalam memasuki pasar. Mekanisme strategi ini adalah dengan mematok harga tertinggi yang diizinkan dari sebuah produk, dengan tujuan mendapatkan keuntungan sebesar mungkin. Untuk menekan pengeluaran selama proses promosi, biasanya metode ini menganjurkan untuk meminimalisasi proses promosi. Teknik ini akan berhasil jika sasaran pasar hanya terbatas pada konsumen tertentu, yang para konsumennya telah memiliki pemahaman dan pengalaman terhadap produk tersebut dan belum adanya pesaing potensial.

2) Rapid skimming strategy 

Rapid skimming strategy memiliki tujuan utama, yaitu kecepatan dan ketepatan pengenalan produk dalam pasar. Penawaran harga produk yang relatif tinggi dengan tujuan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya disertai proses marketing atau promosi dengan gencar, guna meraih simpati dan ketertarikan konsumen pada produk tersebut. Strategi ini akan berhasil jika produk yang ditawarkan merupakan produk baru dan memiliki fungsi tepat guna bagi konsumen sehingga konsumen rela membeli dengan harga mahal. Tawaran kualitas dan besar manfaat pada produk yang sama dibanding kompetitor akan menjadi unsur penting keberhasilan strategi ini.

3) Rapid penetration strategy 

Berbeda dengan rapid skimming strategy yang menggunakan skema harga tinggi dan promo besar- besaran sehingga cakupan klien juga berkurang, konsep yang diangkat dalam rapid penetration strategy adalah memperoleh simpati klien secara besar-besaran. Dengan iming-iming harga di bawah harga resmi perusahaan lainnya (adanya diskon besar-besaran) dan penggunaan media promosi yang masif dan agresif sehingga membutuhkan biaya besar, diharapkan produk dapat menembus pasar secara cepat dan mampu bersaing atau bahkan menguasai pasar. Teknik ini biasanya diterapkan untuk menjangkau pasar luas (seperti antarnegara, antardaerah, bahkan dunia internasional) di mana konsumen belum mengetahui spesifikasi dan detail produk. Selain itu, dalam pangsa pasar sudah terdapat produk lain sejenis yang telah dinikmati konsumen sehingga solusi persaingan harga akan menjadi aspek penting untuk bersaing. 

4) Slow penetration strategy 

Slow penetration strategy adalah kebalikan dari rapid strategy. Karakteristik strategi ini, meski tetap menggunakan metode promosi penjualan dengan harga di bawah standar perusahaan lainnya dengan tujuan mencari jumlah penjualan yang besar, tetapi tidak menggunakan metode promosi secara besar-besaran guna menekan biaya promosi. Strategi ini relatif sukses pada pangsa pasar dengan jangkauan sangat luas di mana konsumen lebih sering memperhatikan harga sebagai pedoman dalam pembeliannya. Selain itu, disebabkan adanya produk kompetitor sejenis yang lebih dulu menguasai pasar dengan modal lebih besar. 

b. Growth (pertumbuhan) Tahap pertumbuhan daur hidup sebuah produk biasanya terjadi setelah pada tahap perkenalan produk berhasil mendapatkan perhatian dan memperoleh konsumen setia. Tahap pertumbuhan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu sebagai berikut.

1) Slow growth 

Karakteristik fase slow growth adalah tingkat volume penjualan dalam kurun waktu tertentu tetap mengalami peningkatan, tetapi di sisi lain proses pertumbuhan daur hidup produk mengalami penurunan. Kondisi tersebut terjadi karena keberhasilan fase pengenalan produk yang membuatnya dikenal dan dipercaya konsumen sehingga mayoritas sudah menggunakan serta memperoleh posisi branding. Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, perusahaan harus selalu berimprovisasi dan berinovasi guna meningkatkan bentuk dan kualitas produknya, agar tetap mendapat simpati konsumen. Perbaikan produk ini lebih mengarah pada proses penyempurnaan bentuk dan model atau lebih sering disebut dengan style improvement. 

2) Rapid growth Rapid growth terjadi saat produk dalam fase perkenalan mulai dikenal dan para konsumen mulai mempercayainya. Hal tersebut dapat diindikasikan dengan melonjaknya nilai penjualan. Jika model dan fungsi produk tersebut merupakan karya inovasi baru di pasar, produk akan berpotensi memancing inovasi dari kompetitor untuk membuat tiruan yang bertujuan mengimbangi produk yang ada.

C. Maturity (kedewasaan) Tahap kedewasaan merupakan tahapan ketika produk memiliki kestabilan dan nilai penjualan tertinggi dibandingkan periode sebelumnya. Biasanya sebuah produk akan memiliki waktu lama dalam tahapan ini setelah memperoleh kepercayaan dari konsumen. Namun, sebaiknya produk tetap selalu diperbarui dan diinovasi untuk memastikan dapat bertahan dan bersaing dengan pesaing lainnya. Teknik mempertahankan serta memperpanjang waktu tahapan daur hidup produk dengan memilih dan menentukan strategi pemasaran kreatif dikenal dengan istilah innovative maturity. Imbasnya, usaha menjadi mudah terpengaruh pergerakan dan perubahan perekonomian nasional. Pasar menjadi lebih pintar dan mulai mencari identitasnya sehingga perusahaan harus mulai berbenah diri dengan mencari dan menetapkan strategi pemasaran yang berbeda-beda untuk setiap segmen pasar. Tahapan dalam maturity dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:

1) Growth maturity 

Growth maturity dapat dilihat dari angka peningkatan penjualan yang tidak lagi signifikan, bahkan cenderung menurun seiring terbatasnya jalur distribusi baru yang bisa digunakan. 

2) Stable maturity 

Stable maturity menunjukkan bahwa tingkat penjualan dalam kurun waktu tertentu cenderung stabil dan landai. Kemungkinan terbesar penyebabnya adalah kebutuhan pasar telah terpenuhi atau karena faktor kebosanan. Di sisi lain, masih ada potensi konsumen baru yang kelak menjadi pendongkrak nilai penjualan.

3) Decaying maturity 

Decaying maturity memperlihatkan bahwa tingkat penjualan mulai mengalami pengurangan dan cenderung menurun drastis. Hal tersebut dikarenakan beberapa konsumen telah beralih pilihan pada produk lain. Oleh karena itu, guna mempertahankan stabilitas nilai penjualan dalam tahap kedewasaan (maturity), Anda dapat memilih beberapa strategi berikut. 

1) Metode offensive strategy 

Teknik yang digunakan pada model offensive strategy adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan usaha dengan melakukan beberapa perubahan atau modifikasi pasar dan pembaruan produk, antara lain sebagai berikut.

Memperbaiki metode promosi. 

Memperluas area pemasaran. 

Menambah sasaran pengguna yang belum pernah menggunakan produk (non konsumen). 

Memaksimalkan potensi pemasaran secara masif. 

Mengubah dan menarik perhatian serta daya beli konsumen kompetitor lain. 

Memodifikasi serta memperbarui produk yang telah ada sehingga lebih menarik, murah, dan berkualitas. 

Tujuan memperbarui produk adalah menambahkan nilai manfaat produk, yang dapat memengaruhi daya beli konsumen untuk lebih intens atau dikenal dengan istilah product relaunching. 

2) Metode defensive strategy 

Metode defensive strategy dilakukan dalam rangka menjaga stabilitas penjualan dan posisi tawar produk dalam pangsa pasar. Selain itu, untuk mempertahankan eksistensi produk sebagai salah satu tipe kelompok produk atau product category agar tetap mendapat posisi kuat ketika muncul produk lain sejenis. Karakteristik strategi ini dilakukan dengan mengubah dan memperbaiki pola pemasaran, meminimalisasi biaya produksi, dan memperbarui produk. 

d. Decline (penurunan) 

Tahap penurunan memperlihatkan kondisi ketika produk kurang diminati lagi oleh konsumen karena faktor tertentu, misalnya kemunculan produk lain sejenis yang lebih murah dan berkualitas. Efek negatif dari fase ini adalah volume penjualan dan keuntungan yang didapat perusahaan mulai menurun. Untuk mengurangi dampak buruk fase ini, ada beberapa langkah yang dapat ditempuh, antara lain sebagai berikut. 

1) Memperbarui produk agar memiliki tampilan, performa, dan kualitas lebih baik.

2) Merilis beberapa versi produk sesuai dengan segmen pasar. 

3) Menekan biaya produksi sehingga nilai jual produk bisa lebih murah. 

4) Meningkatkan aktivitas pemasaran.

5) Memperluas area dan sasaran pasar. 

6) Memperbaiki kemampuan SDM dan teknologi manufaktur. 

7) Menambah nilai investasi untuk modal pembiayaan. 

8) Jika perusahaan mengalami masalah internal yang berdampak pada produksi dan promosi penjualan, sebaiknya keinginan menambah investasi harus ditahan dulu sampai masalah tersebut terselesaikan. 

9) Melakukan seleksi investasi yang kurang menguntungkan bagi perusahaan. 

10) Mempertahankan konsumen setia. 

11) Alternatif paling akhir jika semua solusi tidak memenuhi dan mencukupi kebutuhan bisnis perusahaan adalah metode harvesting strategy, yaitu menjual semua aset untuk memperoleh pengembalian biaya.











C. Mengevaluasi Perkembangan Usaha

 Layaknya makhluk hidup, sebuah usaha yang dirintis memiliki pola pertumbuhan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa tahapan kedewasaan yang telah dicapai sebuah usaha dapat dikatakan menjadi titik kritis dengan hanya ada dua opsi yang dapat terjadi, yaitu usaha akan mengalami penurunan hingga mati atau dapat bertahan. Pada saat tahapan kedewasaan telah dicapai, kemunculan beberapa pesaing besar yang mampu mendominasi pasar dapat mengakibatkan penurunan perkembangan usaha atau decline. Keadaan ini bisa dikatakan sebagai fase osifikasi yang memiliki ciri, perusahaan kurang berimprovisasi dan berinovasi dalam mengembangkan produk mereka, tertinggalnya mekanisme strategi pemasaran, serta keterlambatan dalam proses pengambilan keputusan.
Ketika menghadapi situasi tersebut, berikut adalah beberapa trik yang dapat diambil dan diimplementasikan. 

Selalu memperbarui (update) teknologi yang dilibatkan, baik dalam proses produksi maupun pemasaran produk. 

Meng-upgrade, memodifikasi, serta memperbarui setiap komponen produk dan perlakuan layanan usaha. Contohnya, selalu meng-update fitur layanan pada aplikasi pencatatan perbankan dalam berbagai waktu. 

Gencar melakukan promosi ke setiap segmen pasar. Menurunkan biaya produksi seefisien mungkin. 

Memotong harga jual produk agar dapat bersaing dengan pesaing lain. 

Proses perkembangan usaha dikatakan mengalami kesuksesan jika dilihat dari beberapa aspek berikut. 

1. Kondisi Keuangan Perusahaan 
Hal terpenting yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan usaha yang dijalankan adalah indikator keuangan. Semakin besar nilai pendapatan karena meningkatnya penjualan mengindikasikan bahwa perkembangan usaha semakin baik. Selain itu, grafik penurunan biaya yang dikeluarkan ketika melakukan proses produksi dalam jurnal waktu tertentu menunjukkan efektivitas perusahaan dalam memantau dan mengelola keuangan. 

2. Jumlah Aset Perusahaan 
Implikasi utama dari sehatnya kondisi keuangan perusahaan adalah semakin meningkatnya jumlah aset perusahaan, yang dapat dilihat dari jenis harta bergerak dan harta tidak bergerak. 

3. Jangkauan Pasar 
Tujuan utama sebuah produk dibuat oleh perusahaan adalah memperoleh keuntungan dari nilai jual tersebut. Semakin besar jangkauan pasar yang dicapai, semakin banyak produk yang dikenal dan dibeli oleh konsumen.

4. Relasi Bisnis 
Untuk mempercepat jalur distribusi dan efisiensi biaya promosi, perusahaan akan menggandeng relasi bisnis lainnya untuk mempermudah sarana promosi dan penyediaan produk di pasaran. Semakin banyak relasi bisnis seperti distributor, konsumen skala industri, dan beberapa jalur logistik lainnya akan mempermudah proses penjualan. 

5. Perkembangan dan Perluasan Produk 
Variasi produk yang ditawarkan akan memberikan nuansa berbeda pada konsumen untuk memudahkan melakukan pemilihan, sesuai dengan kebutuhan dan daya beli. Sebagai contoh, vendor MySQL yang merilis beberapa versi server database dengan kapasitas dan harga yang berbeda-beda akan memudahkan pengguna untuk memilih sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang dimiliki. 

6. Ekspansi Usaha 
Perkembangan usaha bisa dikatakan berhasil jika mengalami perubahan skalabilitas, misalnya skala mikro berubah menjadi skala kecil sampai menjadi skala besar. Ukuran usaha yang dijalankan tersebut dapat diukur dari aset dan kekayaan yang dimiliki. Terkadang, perusahaan yang semula hanya dimiliki oleh perseorangan mengalami perkembangan hingga menarik para pemodal lainnya untuk bergabung. Beberapa bentuk usaha yang dimiliki oleh beberapa pemodal adalah sebagai berikut. 

1. Persekutuan Komanditer atau CV (Commanditaire Vennotschap) CV merupakan persekutuan dua orang atau lebih (hanya WNI) yang dikukuhkan dengan akta notaris dan tercatat secara hukum dalam Kementerian Hukum dan HAM untuk melakukan usaha dalam bidang tertentu. Nilai modal yang disertakan dalam persekutuan tersebut wajib dituliskan, meski tidak ada nilai minimal yang diwajibkan. Namun, hal tersebut akan berpengaruh terhadap pembagian keuntungan yang dilakukan setiap akhir pembukuan.

2. Perseroan Terbatas atau PT 
Persyaratan pembuatan PT hampir sama seperti dengan CV, tetapi anggota persekutuan bisa dilakukan antara WNI dan WNA. Penyetoran modal dapat dilakukan minimal 25% dari kesepakatan. PT skala kecil minimal memiliki modal awal sebesar 50 juta rupiah, sedangkan PT dengan skala menengah mempunyai modal minimal 500 juta rupiah. Untuk PT skala besar, modal yang dimiliki minimal 10 miliar rupiah. 

3. Go Public 
Go public adalah perusahaan yang modal pembiayaannya dapat dikembangkan dengan menjual surat berharga seperti surat utang, obligasi, atau penjualan saham ke masyarakat. 

4. Holding company 
Holding company merupakan teknik perluasan usaha dengan melakukan kerja sama dengan pihak lain. Perusahaan induk akan menjadi penyandang dana terbesar perusahaan cabang yang memiliki prospek bisnis yang baik. Sebagai contoh, perusahaan Telkom memiliki anak perusahaan di bidang seluler, yaitu Telkomsel.

5. Trust 
Trust merupakan kerja sama antarperusahaan dengan hasil produk sejenis untuk menjadi sebuah perusahaan dengan nama baru dan jangkauan pasar lebih luas. Sebagai contoh, Bank Mandiri merupakan gabungan dari beberapa bank kecil, yaitu Bank Ekspor Impor Indonesia, Bank Dagang Negara, Bank Pembangunan Indonesia, dan Bank Bumi Daya. 

6. Kartel 
Kartel merupakan gabungan dan kerja sama beberapa perusahaan tanpa menghasilkan perusahaan baru. Tujuan utamanya adalah mencegah terjadinya persaingan tidak sehat antarperusahaan dan memperluas jangkauan pasar hingga menguasai pasar. Kartel dapat dibentuk pada jenis pasar homogen dengan komoditas barang dagangan yang relatif sedikit jenisnya. Dampak kurang baik dari kartel adalah kecenderungan timbulnya monopoli perdagangan yang akan mematikan usaha-usaha kecil. 

7. Merger 
Merger merupakan model penggabungan dua perusahaan di bawah bendera dan manajemen salah satu perusahaan yang tergabung tersebut. Contohnya, jika perusahaan A dan B dimerger menjadi satu dalam bendera perusahaan A, semua hak dan kewajiban dalam perusahaan B akan diambil alih oleh perusahaan A. 

8. Joint venture
 Joint venture merupakan jenis usaha baru yang dibuat dengan perjanjian dalam waktu tertentu, antara perusahaan lokal dan perusahaan asing melalui mekanisme penanaman modal. 

9. Akuisisi 
Akuisisi adalah tindakan suatu perusahaan membeli sebagian atau seluruh saham yang dimiliki oleh perusahaan lain, dalam rangka menguatkan modal perusahaan yang dibeli tersebut. Nama, manajemen, dan operasi bisnis perusahaan yang diakuisisi dapat terus berjalan, tetapi kendali atas perusahaan tersebut akan diambil alih oleh perusahaan atau investor yang mengakuisisi.

D. Mengelola Inovasi Usaha 

Pengelolaan inovasi dan improvisasi dilakukan secara teratur dan mengikuti perkembangan dapat menjaga stabilitas perusahaan dalam hal penguasaan pasar. Sebagai contoh, perangkat smartphone Android yang mulai dirintis dan diperkenalkan perusahaan Android, Inc tahun 2003 oleh Andy Rubin, Rich Miner, Chris White, dan Nick Sears di Palo Alto, California. Produk software Android awalnya hanya dirancang untuk menjadi sistem operasi (OS) perangkat kamera digital. Namun, karena kejelian perusahaan melakukan inovasi dan melihat pangsa pasar, Android mulai dikembangkan pada ponsel. Pada awalnya, Android sebagai OS pendatang baru masih kalah pamor dibanding OS Symbian yang diaplikasikan pada ponsel seperti Nokia dan Ericsson. Hal tersebut membuat Android kurang dilirik oleh pengguna. Pada tahun 2005, perusahaan tersebut diakuisisi oleh Google beserta teknologi dan para insinyurnya. Perusahaan mampu menciptakan inovasi baru dengan merilis produk pertama mereka dengan nama HTC Dream, dilanjutkan smartphone dengan seri Nexus One. Perkembangan sistem operasi Android lebih cepat dibandingkan teknologi software ponsel lainnya saat itu. 

Saat ini, hampir semua vendor penghasil smartphone telah bergeser menggunakan aplikasi Android sebagai sistem operasi perangkat mereka. Evolusi dan perkembangan produk sistem Android mulai dari versi 1.0 hingga versi 12.0 menunjukkan eksistensi produk tersebut, dan memperlihatkan bahwa produk tersebut selalu dimodifikasi dan ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan penggunanya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa produk yang selalu mengikuti perkembangan zaman dan selalu diperbarui akan memiliki posisi kuat dalam pasar, sekaligus memegang peranan penting dalam prospek perkembangan usaha yang dijalankan. 
Oleh karena itu, para wirausahawan harus memperhatikan peran penting manajemen inovasi, yang harus diatur dan dikembangkan agar menjadi perusahaan yang kompetitif dan mampu menguasai pasar. Pergeseran konsep teoretis mengenai evolusi inovasi telah dibahas dan diuraikan oleh para ahli, yang terbagi menjadi lima generasi, yaitu sebagai berikut.

1. First generation of innovation atau 1G

 Generasi pertama atau dikenal dengan technology push adalah model inovasi yang lebih menekankan pada struktur fondasi revolusi industri, seiring hadirnya beragam teknologi baru dalam rangka menciptakan inovasi dalam produk dan proses produksi.

 2. Second generation of innovation atau 2G

 Generasi kedua atau need pull merupakan model inovasi yang menekankan penguasaan pasar dan konsumen. Para konsumen lebih aktif dalam menekan kebutuhan hidup mereka sehingga terkesan menghindari pembelian produk dalam jumlah besar. Dengan melakukan pemasaran secara gencar didukung layanan teknologi baru, banyak ide dan gagasan inovasi baru yang akan muncul.

3. Third generation of innovation atau 3G

 Generasi ketiga mengadopsi coupling model, yang memberlakukan konsentrasi inovasi sebagai model segmentasi. Ketika sebuah metode pemasaran yang mulai usang dan tertinggal berakibat tidak mampu menjaring konsumen baru, inovasi ide dan gagasan baru sangat dibutuhkan dengan dukungan teknologi terbaru. Solusi utama masalah ini adalah dengan menjalankan program research and development atau R&D tentang pasar. 

4. Fourth generation of innovation atau 4G

 Generasi keempat mengusung integrated model, yang mengombinasikan program R&D dan teknik pemasaran dalam evolusi inovasi secara sinergi dan terintegrasi antara produsen dan konsumen. 

5. Fifth generation of innovation atau 5G

 Generasi kelima menganut system integration and networking model. Pada model ini, produsen pembuat produk mengintegrasikan kerja sama antara supplier penyedia bahan baku dan perusahaan lain sebagai mitra, dalam rangka pemenuhan kebutuhan konsumen menggunakan mekanisme terstruktur. Kolaborasi ini akan menghasilkan inovasi yang lebih efektif dengan mengombinasikan model keempat generasi sebelumnya.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ulangan Akhir Bab 5

 A. Pilihlah salah satu jawaban yang tepat.  1. Jenis usaha yang memiliki uang kas sebagai modal dan biaya produksi dengan besaran tidak leb...